Infomojokerto.id – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus membuktikan diri sebagai tulang punggung vital perekonomian nasional, sebagaimana didefinisikan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008. Peran strategis UMKM mencakup penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, hingga penguatan struktur ekonomi melalui aktivitas bisnis yang fleksibel dan adaptif.
Di tengah panorama ekonomi ini, menjadi penting untuk menganalisis bagaimana unit usaha kecil mengelola pendanaannya agar mampu mencapai keberlanjutan dan pertumbuhan.
Salah satu potret nyata dari ketahanan UMKM lokal adalah “Kedai Seblak Mbak Ita”, sebuah usaha kuliner yang berhasil menarik perhatian di Mojokerto. Kedai ini menawarkan beragam varian seblak favorit, mulai dari seblak coet yang autentik, seblak mix yang lengkap, hingga seblak seafood yang menggugah selera.
Dalam sehari, operasionalnya terbilang sukses dengan penjualan mencapai 50 hingga 70 porsi. Analisis yang dilakukan oleh Meyta Putri Pamungkasari, mahasiswa S-1 Akuntansi STIE Al-Anwar Mojokerto, menunjukkan bahwa kedai ini beroperasi dengan sistem pendanaan yang sepenuhnya berasal dari modal pribadi, tanpa sedikit pun bergantung pada pinjaman bank atau lembaga keuangan eksternal.
Modal usaha sendiri, yang mencakup seluruh dana operasional, menjadi pilihan konservatif dan aman bagi Mbak Ita karena dianggap bebas dari beban bunga. Dalam konteks Kedai Seblak Mbak Ita, penggunaan modal sendiri ini mencerminkan strategi keuangan yang bijak; sebagian besar keuntungan dikembalikan untuk pembelian bahan baku, menutupi biaya operasional, dan sebagian lagi disisihkan sebagai dana cadangan.
Hal ini selaras dengan pandangan manajemen keuangan dari Arniwita, dkk. (2021) yang menekankan perlunya keseimbangan efisien antara likuiditas, profitabilitas, dan keamanan investasi dalam pengelolaan dana usaha.
Dari sisi manajemen keuangan internal, meskipun masih berskala kecil, Kedai Seblak Mbak Ita telah menerapkan prinsip dasar akuntansi yang baik. Pencatatan keuangan dilakukan secara sederhana namun teratur, dengan praktik kunci berupa pemisahan tegas antara uang pribadi dan uang usaha.
Menurut Kasmir (2018), prinsip pemisahan ini esensial bagi UMKM untuk mengetahui secara jelas kondisi laba rugi dan mengendalikan arus kas. Meskipun sistem pencatatan ini belum beralih ke teknologi digital, pengelolaan manual yang disiplin ini sudah berfungsi sebagai bentuk pengendalian internal yang efektif bagi usaha kecil mandiri tersebut.
Di samping kekuatan manajemen pendanaan, Kedai Seblak Mbak Ita juga unggul dari sisi strategi pasar. Usaha ini menjadikan kualitas rasa yang khas dan pelayanan cepat sebagai keunggulan kompetitif utamanya. Dalam pasar kuliner yang padat, diferensiasi produk menjadi kunci untuk mempertahankan basis konsumen.
Berkat cita rasa yang konsisten dan harga yang tetap terjangkau, kedai ini berhasil membangun loyalitas pelanggan tetap, khususnya di kalangan pelajar dan pekerja di sekitar lokasi usaha, membuktikan bahwa fokus pada kualitas layanan dan produk adalah strategi pemasaran yang efektif.
Secara keseluruhan, temuan dari studi ini menunjukkan bahwa Kedai Seblak Mbak Ita adalah contoh nyata ketangguhan UMKM kecil yang mampu bertahan dan berkembang melalui pengelolaan pendanaan yang mandiri, efisien, dan disiplin. Meskipun belum memanfaatkan akses modal eksternal atau sistem pencatatan modern, kepatuhan pada prinsip dasar manajemen keuangan sudah memastikan keberlanjutan usaha.
Dengan potensi yang ada dan dukungan berupa pelatihan manajemen yang lebih rapi dan konsisten, usaha kuliner pedas khas Nusantara ini sangat berpotensi untuk berkembang menjadi kekuatan bisnis lokal yang jauh lebih besar.