Infomojokerto.id – Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin, memanfaatkan momentum tasyakuran pembukaan lahan kopi Bendil untuk menegaskan pentingnya kelembagaan ekonomi berbasis desa dalam mendukung pertanian berkelanjutan.
Ia menyoroti bahwa Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) berperan sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi petani kopi. Koperasi ini dinilai menjadi ujung tombak bagi petani untuk keluar dari ketergantungan terhadap tengkulak yang selama ini kerap menekan harga komoditas di tingkat bawah.
“Kami tidak ingin petani kembali bergantung pada tengkulak. Koperasi hadir untuk melindungi dan memperkuat posisi mereka dalam rantai pasok,” tegas Zainul.
Ia menekankan bahwa koperasi bukan hanya soal transaksi jual beli, tetapi menjadi instrumen strategis dalam memperluas akses pasar dan memperkuat posisi tawar petani terhadap sistem perdagangan yang selama ini timpang.
Dalam paparannya, Zainul juga mengungkapkan potensi besar yang dimiliki Ketapanrame dalam sektor kopi.
Berdasarkan data yang dimiliki desa, dari total 479 hektar lahan Perhutani, sekitar 104 hektar telah dimanfaatkan untuk budidaya kopi sejak tahun 2016. Lahan-lahan tersebut dikelola secara kolektif oleh masyarakat melalui sistem kelompok tani dan paguyuban, yang semakin aktif dalam beberapa tahun terakhir.
Produksi kopi Ketapanrame sendiri menunjukkan tren yang menjanjikan. Saat ini, produksi tahunan telah menembus angka lebih dari 50 ton, dengan sekitar 280 warga menggantungkan mata pencahariannya di sektor ini. Ini menunjukkan bahwa kopi tidak hanya menjadi komoditas pertanian, tetapi juga telah menjelma sebagai sumber penghidupan utama masyarakat desa.
Lebih lanjut, Zainul menyebut bahwa Ketapanrame memiliki tiga paguyuban aktif yaitu Bontugu, Dlundung, dan Bendil yang secara konsisten melakukan inovasi, promosi, dan peningkatan kualitas hasil panen.
Aktivitas para petani dan komunitas kopi ini juga telah menarik perhatian wisatawan, baik dari dalam maupun luar daerah. Ini menjadi sinyal positif bahwa sektor kopi desa memiliki daya tarik yang bisa dikembangkan ke arah ekowisata dan agrowisata.
Menurutnya, tren kunjungan wisatawan yang tertarik pada aktivitas kebun, proses sangrai, hingga interaksi dengan petani kopi, merupakan peluang emas yang harus dikelola secara terstruktur dan berkelanjutan.
Ia menyebut bahwa brand “Kopi Ketapanrame” berpotensi besar menjadi ikon baru Kabupaten Mojokerto, terutama jika didukung dengan sinergi lintas sektor antara pemerintah, koperasi, dan masyarakat.
“Dengan dukungan kebijakan pemerintah daerah serta kolaborasi antar komunitas, Ketapanrame memiliki modal kuat untuk berkembang sebagai pusat kopi dan wisata berbasis pemberdayaan masyarakat,” pungkas Zainul Arifin.
Ia berharap, pembukaan lahan baru di kawasan Bendil bukan hanya menambah luas tanam, tetapi juga membuka lembaran baru bagi Ketapanrame menuju kemandirian ekonomi desa yang inklusif dan berkelanjutan.