H+14 Pasca MPLS, Penjahit di Mojokerto Kewalahan Pesanan Seragam Sekolah

Infomojokerto.id – Suasana penuh antrean di lapak permak dan jahit di salah satu ruko Pasar Kedungmaling Sooko Mojokerto. Yayuk, seorang penjahit rumahan yang sudah lebih dari belasan tahun menjalani profesi ini, tengah sibuk menyelesaikan tumpukan pesanan seragam sekolah atau baju harian warga.

Tak tanggung-tanggung, hingga awal Agustus ini, ia mengaku telah menerima hampir 100 potong seragam jahit dari awal untuk diperbaiki. Hingga kinipun juga belum selesai.

Rumah aslinya berada di ujung gang buntu Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, yang juga menjadi tempat jahit. Artinya Yayuk memiliki 2 lokasi jahit, di pasar dan rumahnya.

“Kalau yang ngecilin, potong lengan, pinggang, atau jahit ulang bagian kancing dan resleting, itu banyak banget. Bahkan saya pasang stand kecil di Pasar Kedungmaling buat bantu tampung order,” ujar Yayuk saat ditemui di rumahnya, Senin (4/8/2025).

Ramainya pesanan terjadi sekitar dua minggu setelah masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) atau era dulu disebut dengan masa orientasi siswa (MOS) selesai.

Banyak orang tua baru sadar bahwa seragam anak-anak mereka masih kedodoran, atau ternyata perlu dirombak ulang karena perubahan ukuran tubuh. Tak sedikit pula orang tua memilih untuk mermak atau mengecilkan baju lama daripada menjahit baru, karena alasan praktis dan hemat.

“Benahin seragam anak kecil itu antara 40 sampai 50 ribu. Kalau buat baru dari nol bisa 75 ribu sampai 100 ribu, belum beli kainnya. Jadi ya, banyak yang pilih permak,” jelas Yayuk sambil menyusun meteran dan gunting kain.

Yayuk mengakui bahwa pekerjaan permak seragam kini menjadi sumber pemasukan utama. Bahkan pelanggan datang dari luar wilayah seperti Trowulan, Jombang, hingga desa-desa di pinggiran Mojokerto.

Ia menjelaskan bahwa satu baju atau celana baru memakan waktu 2-3 jam pengerjaan, sementara permak hanya perlu 10 hingga 30 menit saja, tergantung tingkat kesulitannya.

“Permak bisa langsung dikerjain satu-satu, lebih cepat dan ongkosnya juga lebih ringan. Kancing dan resleting rusak itu bisa saya ganti bersih 35 ribu,” ungkapnya.

Meski tengah disibukkan dengan pesanan seragam sekolah, Yayuk mengaku sudah mulai menerima titipan pekerjaan untuk pakaian Lebaran biasanya mulai bulan Desember nanti. Dirinya harus pintar-pintar mengatur waktu agar semua pekerjaan selesai tepat waktu.

“Sejak Juni orderan masuk, sampai sekarang belum rampung semua. Saya sudah mulai atur jadwal, karena nanti pas mendekati Lebaran pasti tambah ramai lagi,” imbuhnya.

Kisah Yayuk menjadi cerminan realitas para penjahit rumahan di Mojokerto yang kini mengalami lonjakan pesanan seragam sekolah pasca-MOS.

Di tengah tantangan ekonomi, pilihan masyarakat untuk memodifikasi pakaian lama dibanding membuat baru membuka peluang ekonomi mikro tetap berdenyut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *