Infomojokerto.id – Di tengah menurunnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian, kisah inspiratif datang dari seorang pemuda asal Nganjuk, Tommy Andreans Salim warga Dusun Tegal Desa Pule Kecamatan Jati Kalen Kebupaten Nganjuk, yang berhasil membuktikan bahwa bertani bisa menjadi ladang kesuksesan jika digarap dengan tekun, inovatif, dan berani mencoba hal baru.
Menurut data dari Kementerian Pertanian (2023), Indonesia membutuhkan regenerasi petani untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Namun, banyak anak muda lebih memilih bekerja di sektor industri atau digital.
Fakta ini membuat kisah Tommy menjadi pengecualian sekaligus bukti bahwa sektor pertanian tetap memiliki masa depan cerah bagi generasi muda yang mau berinovasi.
Tommy, lulusan SMK jurusan otomotif, memulai usahanya di bidang pertanian pada usia 21 tahun. Meski tidak memiliki latar belakang akademis pertanian, kemampuan teknisnya di bidang mesin justru menjadi modal berharga. Ia mampu memperbaiki alat pertanian sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
“Saya belajar langsung dari orang tua dan lewat media sosial. Banyak ilmu baru yang bisa diterapkan di lahan,” ungkap Tommy saat diwawancarai secara daring oleh Syafa’atul Utma, Mahasiswa Prodi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al-Anwar Mojokerto.
Motivasi utama Tommy bukan hanya mencari keuntungan, tetapi juga ingin berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional dan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Ia mengelola lahan pertanian yang menanam jagung, padi, kacang hijau, dan cabai rawit merah, dengan sistem pengelolaan yang lebih modern.
Ia juga aktif mencari referensi tentang teknik penanaman dan penggunaan pestisida ramah lingkungan melalui internet, sebuah langkah yang mencerminkan penerapan inovasi pertanian digital sebagaimana disarankan oleh Kementerian Pertanian (2023).
Namun, perjalanan sukses Tommy tidak selalu mulus. Ia sempat menghadapi serangan hama tikus dan babi hutan yang mengakibatkan kerugian besar. Selain itu, fenomena kemarau basah tahun 2025 menyebabkan sebagian lahan cabainya gagal panen akibat banjir.
“Saya sempat hampir menyerah, tapi dari kegagalan itu saya belajar banyak tentang pentingnya adaptasi terhadap perubahan cuaca,” ujar Tommy.
Dalam hal pemasaran, Tommy memilih strategi sederhana tapi efektif: menjual hasil panen langsung kepada tengkulak untuk mempercepat distribusi dan perputaran modal. Menurut teori pemasaran hasil pertanian oleh Sari & Nugroho (2022), strategi distribusi langsung ke pembeli menengah dapat membantu petani kecil menghindari risiko keterlambatan pembayaran serta menjaga kestabilan pendapatan.
Kini, hasil usahanya mulai menunjukkan hasil. Tommy mampu menghasilkan panen berkualitas dan memberikan lapangan pekerjaan bagi beberapa pemuda di desanya. Ia membuktikan bahwa kesuksesan di dunia pertanian tidak hanya diukur dari keuntungan finansial, tetapi juga dari kontribusi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
Kisah Tommy menjadi inspirasi bagi generasi muda bahwa pertanian bukan lagi pekerjaan “kuno”, tetapi justru peluang besar untuk berinovasi. Dengan kombinasi semangat, teknologi, dan keberanian mencoba, sektor ini bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan serta berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Anwar, Syafa’atul Utma melihat bahwa kisah Tommy menggambarkan sinergi antara semangat muda dan penerapan ilmu ekonomi dalam praktik pertanian.
Harapannya, semakin banyak generasi muda yang terinspirasi untuk menatap dunia pertanian sebagai sektor yang potensial, modern, dan berdaya saing tinggi.









