Infomojokerto.id – Langit Mojokerto tampak cerah saat peresmian Museum Majapahit digelar di Trowulan, Selasa siang (10/6/2025). Peristiwa yang menjadi penanda baru dalam pelestarian budaya ini dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dan Wakil Bupati Mojokerto, M. Rizal Octavian, atau yang akrab disapa Mas Wabup.
Dalam sambutannya, Mas Wabup menyampaikan komitmennya terhadap pelestarian budaya lokal, sekaligus mengajak seluruh elemen untuk bersinergi memperkuat pengembangan kebudayaan yang berkelanjutan di wilayah Mojokerto.
“Pengembangan yang kita lakukan haruslah berorientasi pada keberlanjutan dan tidak mengorbankan nilai-nilai budaya, kearifan lokal, serta keaslian situs-situs bersejarah yang ada,” tegas Mas Wabup di hadapan tamu undangan.
“Prinsip pelestarian harus menjadi pondasi dalam setiap rencana pembangunan dan promosi wisata budaya,” terangnya.
Ia menambahkan, peresmian Museum Majapahit seharusnya menjadi momentum mempererat kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan Kementerian Kebudayaan, dalam menciptakan ekosistem budaya yang lestari dan inklusif.
Museum Majapahit sendiri merupakan wajah baru dari Pusat Informasi Majapahit (PIM), yang telah berdiri sejak 1942. Dibangun oleh Bupati Mojokerto kala itu, RAA Kromojoyo Adinegoro, bersama arsitek Belanda Henricus Maclaine Pont, museum ini menyimpan berbagai artefak dan temuan arkeologi dari wilayah sekitar, khususnya Trowulan yang diyakini sebagai bekas pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam arahannya mengungkapkan, bahwa perubahan nama dari PIM menjadi Museum Majapahit bukan sekadar simbolik, melainkan mengandung tanggung jawab moral dan sejarah yang besar.
“Ini adalah semacam Kick Off, permulaan, bagaimana kita akan membesarkan dan merencanakan museum ini ke depan,” ujarnya.
“Kita digerakkan oleh nama ini (Museum Majapahit) untuk merefleksikan koleksi (peninggalan sejarah) yang ada di sini. Kita tahu bahwa Majapahit merupakan salah satu puncak kejayaan Nusantara,” paparnya.
Fadli Zon juga menekankan pentingnya menjaga nama-nama cagar budaya agar tidak disalahgunakan. Menurutnya, nama besar seperti Majapahit adalah aset nasional yang harus tetap berada di bawah perlindungan negara.
“Kita punya tanggung jawab agar nama Majapahit itu tetap dimiliki oleh negara, bukan milik perorangan atau kelompok,” ungkapnya.
“Karena nama-nama itu (nama cagar budaya) seharusnya kita proteksi. Jangan sampai sembarangan penggunaan nama itu, karena bisa disalahgunakan,” imbuhnya.
Ia juga menyebut bahwa inisiasi peresmian museum ini muncul dari kekhawatiran atas penyalahgunaan nama-nama warisan budaya yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, kehadiran Museum Majapahit diharapkan bisa menjadi benteng baru dalam menjaga nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal.
Dalam kegiatan peresmian tersebut, turut ditampilkan beberapa artefak penting hasil ekskavasi, serta sesi khusus yang menjelaskan sejarah panjang situs Trowulan dan hubungannya dengan kejayaan Majapahit di abad ke-14.
Museum ini diharapkan menjadi pusat edukasi, riset, dan destinasi wisata budaya unggulan di Jawa Timur, bahkan nasional. Pemerintah daerah juga akan mengupayakan program kolaboratif untuk memperluas akses masyarakat terhadap warisan budaya yang tersimpan di museum tersebut.
Mas Wabup menutup sambutannya dengan harapan besar, agar semangat pelestarian budaya tidak berhenti pada momen seremoni semata. Ia mengajak masyarakat, akademisi, serta generasi muda untuk ikut terlibat dalam menjaga warisan leluhur.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari tanggung jawab kita bersama untuk terus merawat, mengembangkan, dan mewariskan budaya kepada generasi selanjutnya,” pungkasnya.









